Hati yang Mendua

#portalfiksi #horrorstory. 
Ini adalah jalan keramat. Beberapa meter dari tepi jalan ada makam keramat. Dulu banyak orang datang melakukan ritual agar keinginannya terkabul. Tapi, setelah banyak yang tidak terkabul maka satu persatu para penziarah itu tidak pernah datang lagi. Sehingga tempat ini menjadi sepi.

Ditempat sepi inilah motor kesayanganku mogok. Aku lupa membawa handphone sehingga tidak bisa menelpon bala bantuan. Aku hanya bisa menunggu ada orang yang melintas untuk kumintai bantuan menstater motor secara manual. Karena untuk melakukannya sendiri aku tidak sanggup.

Dan orang pertama yang melintas adalah lelaki itu. Sebelum aku mencegatnya dia sudah berhenti lebih dulu dan menyapaku.

"Kenapa teh?" tanyanya ramah.

"Mogok. Tolong bantu standarin dong," pintaku.

Lelaki itu langsung turun dari motornya. Dia bukan hanya membantu menstandarin motorku tapi bantu ngengkolnya juga. Sampai mesin motor kembali nyala dan starter otomatis bisa beroperasi. Dengan rasa syukur yang amat sangat aku mengucapkan terima kasih.

Lelaki itu mengangguk. Tapi tidak beranjak pergi. Tangannya menggenggam stang motorku. Mulutnya bergerimit ingin mengucapkan sesuatu. Tapi dia terlihat ragu.

Aku coba menepis keraguannya dengan bertanya, "oh ya, kakak darimana ini? Kebetulan banget lewat sini." 

"iya. Padahal seumur-umur saya tidak pernah lewat sini."

"Terima kasih ya  sudah dibantu. Mendung. Aku duluan ya..."

Dengan berat hati dia melepas pegangannya di stang motorku dan melangkah menuju motornya. Tapi baru beberapa langkah dia berbalik kembali.

"Teh, boleh saya tanya sesuatu?"

Aku mengangguk. "Boleh."

Lelaki itu menatapku lekat-lekat. "Kenapa teteh dulu menolak lamaranku?"

"O o..." aku tidak meyangka itu yang dia tanyakan. Bagaimana ya menjawabnya?

"Apakah karena aku duda, punya anak dan tidak punya apa-apa?"

"Bukan!" sahutku cepat.

"Lantas karena apa?"

Aku berpikir keras. Coba mencari jawaban yang tepat.

"Kalau karena saya miskin, saya bisa terima...."

"Bukan. Bukan karena itu. Aku juga tidak punya apa-apa. Aku dulu menolakmu karena kamu ganteng, kinyis-kinyis dan masih muda. Kamu berhak mendapatkan wanita yang sepadan denganmu. Yang cantik dan bisa diajak kondangan," jelasku.

"saya tidak butuh orang yang bisa diajak kondangan. Saya bisa pergi kondangan sendiri."

"oh bagus itu. Saya suka laki-laki yang seperti itu. Mandiri."

"Kalau suka kenapa dulu menolak?"

"Oh hahaha... Itu dulu. Btw, sekarang kamu kan sudah menikah. Sudah punya anak juga. Istri kamu juga baik....."

"Kalau misalnya,  saya tidak punya istri, apakah teteh mau jadi istri saya?"

"Tidak!" jawabku cepat. "Kamu jangan berandai-andai. Berseumpama. Tidak baik.  Kamu sudah menikah. Jangan membayangkan yang tidak-tidak. Jaga istrimu baik-baik. Selalu setia bersamanya sampai maut memisahkan."

"saya bertanya...'seumpama'...."

"Tidak. Jawabnya tetap tidak."

"Kenapa?"

"Tidak pakai kenapa. Pokoknya tidak!" tegasku. "Aku senang melihat kamu dan istri hidup rukun bahagia. Aku kenal istrimu. Dia ramah. Sering ketemu kalau dipasar. Jaga dia baik-baik. Apa yang kau miliki sekarang adalah yang terbaik. Yang tidak menjadi milikmu berarti tidak baik untuk mu. Gitu aja mikirnya. Ok? Aku pergi dulu ya. Makasih dah ditolongin."

"Kalau ada temanku yang suka pada teteh, apakah teteh mau?"

"Kalau kamu tanya sekarang, jawaban ku pasti tidak. Siapapun yg tanya begitu, jawabannya pasti tidak. Tapi jodoh tidak ada yang tahu. Tidak ada yang bisa menolak juga, kan. Kalau masih bisa menolak berarti bukan jodoh."

"Bagaimana bisa punya jodoh kalau tidak mencari?"

"Yang namanya jodoh pasti datang sendiri. Tidak mungkin keinginan tuhan dikalahkan oleh keinginan manusia," ucapku. "Dah gitu aja ya. Saya doakan kamu bahagia selamanya. Aamiin."

Tanpa menunggu sahutannya, aku segera menstarter motorku dan meluncur menjauh dari jalan keramat itu. Tapi mata batinku masih mengawasi apa yang terjadi disana.

Sesosok wanita cantik yang sedari tadi sembuyi dibalik tunggul beringin berjalan menghampiri lelaki itu. Matanya menatap penuh kerinduan. Tapi dibibirnya tersungging senyum lega. Tangannya terulur membelai wajah lelaki itu. Lelaki itu tertegun. Lalu dia cepat-cepat mengendarai motornya dan meluncur pergi. Wanita cantik itu mengantar kepergian lelaki itu dengan lambaian tangan.

"Selamat jalan suamiku..." lalu dia menghilang. Tapi sebelum menghilang, dia sempat tersenyum padaku dan mengucapkan terima kasih.  The END.

#Aprilmop

Tambahkan Komentar Sembunyikan

more Quotes