Mengasihani Dukun Santet?

Mengasihani Dukun Santet? Apakah mereka layak mendapatkan belas kasiha dari kita?? Dukun santet adalah juga manusia namun manusia yang tidak punya perasaan dan belas kasihan. Karena mereka menyakiti korbannya tanpa ampun dan tanpa pertimbangan. Meski begitu, berkali-kali hati saya merasa iba bahkan sampai meneteskan airmata melihat para dukun santet dan anak buahnya di siksa habis-habisan oleh ibu Ningsih Tinampi pembantai para dukun santet dalam video pengobatannya.

Setelah dulu saya asyik melihat video terapi gus Jagat Satria Banyuwangi, akhir-akhir ini saya sedang tertarik dengan praktek pengobatan ibu Ningsih Tinampi Pandaan. Hampir semua video pengobatan yang di uploadnya di medsos ataupun youtube, saya tonton sampai habis. Ada banyak pengetahuan baru yang saya peroleh dari ibu Ningsih yang tidak saya temukan di tempat lain.


Sebagai pakar dunia gaib beserta isinya (makhluk gaib dan benda gaib) ibu Ningsi Tinampi mendapatkan respek terbesar saya. Beliau benar-benar mumpuni dalam bidangnya. Tidak ada dukun santen (sampai saat ini) yang mampu mengalahkan beliau. Padahal senjata andalannya hanya Al Fatihah.

Hebatnya lagi, beliau hanya seorang diri melawan seluruh dukun santet seluruh dunia. Kalau bukan karena pelindungan Allah ta'ala, mustahil rasanya ibu Ningsih Tinampi bisa bertahan sampai sekarang. Dan melihat ibu Ningsi masih buka praktek dan terus mengobati orang, membuktikan bahwa Allah menjaga dan melindunginya.

Benar kata ibu Ningsih, dukun santet itu sangat kejam. Mereka melakukan kejahatan ganda, bukan hanya menyiksa manusia yang menjadi korbannya, tapi juga menyiksa makhluk gaib yang menjadi perantara santetnya. Makhluk gaib - makhluk gaib itu menjadi budaknya dan menjalankan semua perintahnya meskipun mereka tidak suka. Kalau menolak maka para dukun itu akan menyiksa makhluk gain itu tanpa kenal ampun. Mungkin para dukun santet itu sudah tidak mati perasaannya. Sehingga mereka tidak merasakan empati, iba dan belas kasihan. Dan saya setuju dengan ibu Ningsih bahwa mereka pantas untuk di siksa.

Masalahnya adalah saya adalah manusia yang masih punya hati nurani dan rasa iba. Berbeda dengan para dukun santet itu. Sejahat apapun mereka, melihat mereka mengadu kesakitan, gemetaran, menangis sambil memohon ampun dan lain-lain hati saya tersentuh juga. Kadang saya ikut berdoa. Selain mendoakan keselamatan untuk ibu Ningsih Tinampi, saya juga berdoa semoga ibu kita ini 'tidak terlalu sadis' dalam menyiksa dukun santet itu.

Mungkin banyak korban santet yang tidak sependapat dengan saya karena mengasihani dukun santet. Saya mengerti perasaan mereka. Dan saya paham hukum timbal balik, di mana perbuatan harus dibalas dengan setimpal.

Tambahkan Komentar Sembunyikan

more Quotes