Sifat Turunan adalah Genetik

BEYOND. Aku tidak punya anak, jadi tidak ada yang akan mewarisi sifat jelek ku (suka protes, suka bergunjing, tidak sabaran, sombong, mau menang sendiri, etc.)πŸ˜‰

Dulu, aku pernah membaca sebuah jurnal (lupa apa judulnya /penelitinya) bahwa kecerdasan, kepintaran tersimpan dalam kromoson X,  begitu pula sifat dan tabiat (sabar, malas, rajin, pemarah, dll). Dan aku tidak percaya.

Menurutku, tabiat dibentuk oleh lingkungan. Contohnya sifat #iri didiriku. Karena selalu diperlakukan berbeda, maka rasa iri muncul. 

Tapi seiring berjalannya waktu, interaksi sosial merubah pandanganku. Ternyata selain dibentuk oleh lingkungan, sifat itu juga diturunkan.

Contoh nyata:

Ada 2 saudara A dan B keduanya laki-laki. 
Si A orangnya masa bodoh, banyak omong, cengeng. Punya anak πŸ™Ž‍♀️. 
Si B orangnya care, banyak omong, tidak sabaran. Punya anak πŸ™Ž‍♂️

Keduanya sering main bareng. Karena sama-sama banyak omong, jadi kalau main pasti heboh. 

Suatu hari, ada 3 anak πŸ” terjebak dalam pagar waring yang kupasang dihalaman. 

SiπŸ™Ž‍♂️berhenti bermain dan masuk kedalam pagar berusaha mengeluarkan anak πŸ”. Dengan sedaya upaya. Tanpa menyerah. Padahal anak ayam itu sembunyi dibalik tumpukan sampah. Sambil ngomel karena kesal ayamnya takbisa ditangkap, πŸ™Ž‍♂️ tetap berusaha menangkap anak ayam.

Sementara si πŸ™Ž‍♀️ duduk dikursi sambil komentar. "susah nangkap ayam itu. Nggak akan bisa. Ayamnya gesit.... Etc."

SiπŸ™Ž‍♂️ Menggiring anak  πŸ” ketepi jaring. Dengan tangan kecilnya, dia hendak menangkap anak πŸ”. Tapi lolos.
SiπŸ™Ž‍♀️ Masih terus berkomentar dari tempatnya duduk.

Dengan susah payah, akhirnya si πŸ™Ž‍♂️ berhasil menangkap anak ayam satu persatu dan mengeluarkannya dari waring. Tinggal 1 anak πŸ” lagi. Si πŸ™Ž‍♀️ masih komentar, dan tidak mau membantu.

Melihat itu aku menegur, "Coba dibantuin adiknya, jangan komen aja..."

Si πŸ™Ž‍♀️ cuek, tidak beranjak. Baru setelah si πŸ™Ž‍♂️ berhasil menangkap anak ayam yang terakhir dia bangkit, mendekati si πŸ™Ž‍♂️ sambil komentar. "Harusnya disudutkan, lebih mudah nangkapnya..."

Sebagai pengamat aku nyeletuk, "telaaat!" si πŸ™Ž‍♀️ tersenyum cuek.

Aku menatap ibu si πŸ™Ž‍♀️ dan berkata, "kok bisa sama persis ya??" si ibu tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Jadi ingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Aku dan ibu si πŸ™Ž‍♀️ sedang bingung cara  menebang pohon pepaya yang tumbuh disamping rumah. Si A berdiri didepan pintu melihat prosesnya sambil komentar, "harusnya bla.. Bla.. Bla..."

Aku yang kesel lihat kelakuannya langsung sewot 😑, "bisanya cuma komen. Bantuin ngapa!"

Kisah diatas hanya salah satu bukti kalau sifat itu diturunkan bukan melulu hasil bentukan libgkungan.
Masih banyak kisah-kisah yang lain yang akan mendukung itu.

Kapan-kapan aku contohkan lagi😊.
Stay tune yaa!!

Tambahkan Komentar Sembunyikan

more Quotes