Salah mengambil keputusan!

Salah mengambil keputusan. Ketika kebun kopi serut, penuh dengan rumput, rayutan dan ilalang, saya emosi dan menuduh adik saya tidak mengurus kebon dengan benar. Tapi bukan masalah itu yang menyebabkan saya mengambil alih pengurusan kebun warisan orang tua sebelum genap setahun dia mengurusnya. Tapi lebih kepada alasan yang dia berikan, Yaitu dia tidak bisa fokus mengurus kebun karena harus membuat tempe sebagai pekerjaan sehari-hari. Padahal saya tahu bahwa mengerjakan tempe bisa di lakukan pagi hari. Sementara siang hari dia bisa pergi ke kebun.

Saya mengambil alih kebun bulan July 2019 menjelang panen. 

Tenyata mengurus kebun tidak semudah kelihatannya. Memang enak sih sebenarnya. Tinggal bayar orang untuk mengerjakan. Tapi mau menyuruh orang bekerja itu saya tidak sanggup. Saya takut kalau mereka menolak. Akhirnya semua saya kerjakan sendiri.

Sebenarnya mengurus kebun kopi point-pointnya pentingnya tidak seberapa. Yang paling penting adalah:
  • Membersihkan gulma (Menyemprot & menggoret)
  • Membuang tunas kopi yang tidak diinginkan.
  • Memupuk tanaman.
Sekarang sudah 6 bulan kebun di bawah pengurusan saya. Dan kondisinya tidak lebih baik daris aat di urus adik saya, Padahal secara keseluruhan, saya lebih sering menenggok kebun di bandingkan dia. Tapi rumput tetap tidak terkendali dengan baik.

Ada rasa ingin menyerah. Tapi malu untuk mengakuinya. Saya akan terus berjuang sampai kebun kopi itu mendapatkan hasil maksimal. Sebelum kebun itu di wariskan. Karena kebun itu adalah tanah warisan orang tua yang harus dibagi rata antar sesama anak-anaknya.

Untuk menambah wawasan perihal mengurus kebun kopi, saya selalu melihat tutorial di youtube tentang merawat kebun kopi yang kini sangat banyak berseliweran. 

Semoga jerih payah saya ini mebuahkan hasil. 
Aamiin.

Tambahkan Komentar Sembunyikan

more Quotes