La Takdziba bag 3

"Apa yang mau di perbaiki?  Jika semua orang tahu masalah ini, alih-alih menyelesaikan masalah, kau malam menambah masalah! Apakah kau tidak memikirkan perasaan puterimu? Apa yang di pikirkannya jika dia tahu dia punya kakak dari perempuan yang bukan ibunya?"

"Dia harus menerima. Itu kenyataanya. Gilang adalah kakaknya, anak Robby..."

"Untuk membuktikan itu, kau harus melakukan tes DNA."

"Tidak perlu tes-tes an! Aku yakin Robby ayah Gilang. Aku hanya perlu bertemu Amy untuk menegaskan semuanya. Mau kah kau menolongku?"

"Menolong apa?" tanyaku

"Mempertemukan aku dengan Amy. Kau bilang kau mengenalnya..."

"Memang. Tapi apa kira-kira dia mau bertemu denganmu?" tanyaku ragu.

"Usahakan agar dia mau! Kalau perlu aku akan berlutut dan meminta maaf padanya..."

Aku tersentak tak percaya. Ria yang memiliki self-respect mau berlutut di depan orang dan meminta maaf? Too Good to be true.

"Kenapa kau tak percaya?" tanya Ria seolah mengerti apa yang ku pikirkan tentang dirinya.

"Tidak..eh iya... eh maksudku bukan begitu," binggung diriku, "gini aja dech, sekarang kau pulang dulu. Tenangkan dirimu. Pikirkan lagi semua nya, pelan-pelan dan seksama. Pertimbangkan baik-buruknya. Okay?"

"Jadi kau akan membantuku bertemu Amy?" tanya Ria memastikan.

"Ya..."

"Janji?"

"Janji! Jika Amy mau bertemu denganmu, aku akan mengantarmu menemuinya." janjiku.

Tanpa kuduga, Ria memelukku.

"Terima kasih, Mey....," bisiknya lirih, "entah apa yang bisa ku lakukan tanpamu."

"Kau bisa menangis.," goda ku, "dipelukan Robby..."

"Kalau aku bisa, aku bahkan tidak ingin melihat wajahnya! Dia sungguh....sungguh.... imposible!"

Lalu Ria mulai ngomel lagi.  Aku mendengarkan luahan perasaannya dengan sesekali menimpali ucapannya.

Ria tidak menyangka kalau kejadian seperti ini akan menimpa dirinya. Entah mengapa dia begitu percaya pada Robby ketika dia bilang dia putus dengan Amy karena Amy tidak setia. Ria merasa malu dengan apa yang sudah di lakukan Robby pada Amy, marah pada dirinya sendiri.

"Sudahlah, yang sudah biarkan seperti apa adanya. Iktikad baikmu untuk memperbaik semua ini  sangat mulia. Aku berjanji akan membantumu semampumu. Tapi kau juga harus janji satu hal padaku."

"Apa?" tanya Ria ingin tahu.

"Jika nanti mbak Amy menolak niat baikmu, kau jangan memaksanya. Kau harus mau menghargai apapun keputusannya.."

"Kenapa kau menyuruhku berjanji begitu?"

"Karena aku tahu dirimu dengan baik Ria! Aku tidak ingin menjadi sekutumu untuk sesuatu yang tidak baik! Mbak Amy sudah berkorban perasaan sepanjang hidupnya. jangan kau tambahi lagi..!!"

Ria mengangkat tangannya di udara dan berkata, "aku janji padamu, Meysha. Aku hanya akan melakukan apa yang terbaik untuk keluargaku dan Amy. Tidak lebih, tidak kurang. Kau boleh meragukan aku,  tapi aku akan buktikan, kalau aku adalah temanmu dan tidak akan mengecewakanmu!"

"Sip lah kalau begitu!" puji ku, "sekarang pulanglah. Sudah hampir magrib. Robby dan anak-anak pasti merisaukanmu."

"Baiklah. kalau kau mengusirku," ucapnya dengan nada sendu. Dia menatap sekeliling mencari sesuatu, "mana tas ku?"

"Tas mu? kau masuk kerumahku tidak membawa apa-apa. Kecuali kunci mobilmu itu.." sela ku sambil tertawa.

"Sebenarnya... aku ingin menginap di sini.  Aku males pulang dan melihat wajah Robby..."

"Kau harus pulang! Kau sendiri yang bilang, kalau ada masalah, hadapi! Jangan malah di tinggal pergi!"

"Tapi...."

"Pulanglah! " Aku menuntun Ria keluar dari rumahku. Aku sama sekali tidak berniat mengusirnya. Tapi membiarkan dia menginap di rumahku, bukan pilihan yang bagus. Ria bukan wanita lajang, dia istri dan seorang ibu.

Begitu sudah duduk di belakang setir, Ria berkata, "kau tidak takut terjadi apa-apa padaku kalau aku nyetir sendiri?"

"Telat! Seharusnya kau memikirkan itu sebelum datang kemari. Buktinya kau bisa tiba dengan selamat di sini. Maka aku yakin, kau pun bisa pulang dengan selamat. Doa ku menyertaimu!"  kataku sambil melambaikan tangan.

Ria memaksakan diri untuk tersenyum. Wajahnya masih terlihat sedih. Aku mengangguk padanya sebelum dia membelokkan  mobil dan melaju meninggalkan halaman rumah ku.



Tambahkan Komentar Sembunyikan

more Quotes