Melihat kemiripan antara Gilang dan Robby muncul berbagai praduga dalam hatiku. Tapi seperti biasa, aku menyimpan penemuanku itu sendiri. Aku mencoba bersikap biasa saja, seolah tak menyadari apa-apa. Mbak Amy menyapaku dengan ramah. Dia juga menyapa Robby dan Ria. Dan mempersilahkan kami duduk dibangku menunggu pesanan kami dibuat. Dari sikapnya yang datar dan wajar, sepertinya mbak Amy tidak mengenali Robby dan Ria. Ria sudah terlihat rileks. Meski wajah pucatnya masih terlihat. Robby terlihat tak tenang dalam duduknya. Suasana begitu hening.
Aku mencoba memecah keheningan dengan bercakap-cakap dengan mbak Amy. Ria menatapku tajam. Aku pura-pura cuek.
"Memang Gilang tadi mau kemana mbak Amy? Kok kayaknya tergesa-gesa sekali.." tanyaku.
"Mau ketempat kursus, dik. Hari sabtu dan Minggu, dia ikut kursus programer," jawab mbak Amy.
"wah berarti mbak Amy jaga kedai sendirian dong. Padahal sabtu dan Minggu rame-ramenya ya..."
Mbak Amy tersenyum, "ya alhamdulillah. Tapi bagaimana lagi, demi masa depan Gilang. Dia harus punya ketrampilan..."
Aku mengiyakan.
Sepanjang menunggu pesanan, Robby dan Ria hanya diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Aku tidak mengusik keduanya. Begitupun mbak Amy yang sepertinya tidak menyadari siapa pembelinya. Begitu pesanan selesai, dia menyerahkan box wafel pada kami. Aku hendak membayarnya, tapi Robby mencegah. Dia mengeluarkan selembar uang ratusan ribu dari dompetnya dan menyodorkan pada mbak Amy. Mbak Amy dengan takzim menerima uang itu dan memberikan kembalian langsung pada Robby. Sambil tak lupa mengucapkan terima kasih.
Lalu kami bangkit meninggalkan kedai mbak Amy. Di pintu keluar aku memutuskan untuk pulang sendiri. Ria melarang. Dia berkeras akan mengantar ku pulang. AKu menolak dengan halus. Untungnya aku menemukan alasan yang tepat yang membuat Ria menyerah dengan niat baiknya. Dan kami pun berpisah.
Tiba dirumah, wajah Gilang dan Robby yang mirip menghantui benakku. Aku yakin keduanya memiliki hubungan. Prasangka buruk bermain-main dikepalaku. Ku coba menepisnya, tapi pikiranku menolak. Prasangka buruk itu terus berkembang dan menjelaskan diri. Mengumpulkan setiap clue yang ku ketahui tentang mbak Amy dan Gilang juga tentang ucapan Ria bahwa mbak Amy adalah mantan tunangan Robby. Mungkinkah???
Sekuat apapun aku coba menepis kemungkinan itu, kemungkinan itu semakin mendekati kepastian. Aku yakin Gilang dan Robby ada hubungan. Bukan karena keduanya memiliki lesung pipit yang sama, tapi juga karena wajah dan postur tubuh keduanya mirip. Yang berbeda adalah... Gilang masih remaja dan Robby sudah setengah baya. Dan aku yakin, Ria pun menyadari kemiripan itu.. Karena itu dia terguncang.
Yang aneh adalah, bagaimana mbak Amy bisa tidak mengenali mantan tunangannya sendiri? Pria yang memiliki raut wajah serupa Gilang, anaknya?
Apakah Mbak Amy menderita amnesia? Aku benar-benar tak habis.
Berapa persen kemungkinan seseorang bisa melupakan orang yang pernah dicintainya? 0,0000 sekian%?
NEXT
Tambahkan Komentar Sembunyikan