The dukun

#TheDukun .Niken, seorang wanita, istri dan ibu dari 5 orang anak, terpaksa harus berdamai dengan kenyataan ketika rumah tangga yang dibinanya selama belasan tahun hancur di tangan perempuan binal dan dukun andalannya.

Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benak Niken bahwa Syahrul, lelaki baik hati dan penyayang yang telah memberinya 5 jagoan itu akan berpaling pada perempuan lain dan membenci dirinya begitu rupa.

Jangankan bersentuhan, menatap pun dia enggan. Tidak ada lagi kasih sayang dan kemesraan untuk Niken dan anak-anaknya. Dalam hati dan pikiran Syahrul hanya ada wajah dan nama wanita yang jadi selingkuhannya itu.



Kemanapun dia pergi, baik dalam perjalanan dinas, wanita itu yang diajaknya. Seolah keduanya sudah tak terpisahkan.

Semua uang gaji dan penghasilan yang lain, diberikan pada wanita itu. Tak ada sepeserpun tersisa untuk Niken dan anak-anak.

Niken terpaksa harus membanting tulang untuk menghidupi dan mencukupi semua kebutuhan anak-anaknya. Untungnya, usaha katering yang di gelutinya sejak lama masih terus berjalan. Sehingga meski tidak lagi mendapat dukungan finansial dari Syahrul, dia tidak pernah kekurangan.

Tapi apalah artinya berkecukupan uang jika kehilangan kasih sayang suami yang sangat dicintainya, ayah yang menjadi panutan untuk anak-anaknya.  Apalagi jika yang terjadi tidak bisa di cerna oleh nalar.

Niken tahu, laki-laki bersuami ada yang berselingkuh. Tapi mereka cenderung untuk menyembunyikan perselingkuhannya itu dan tetap bersikap baik dan mesra pada istrinya. Masih mau memperhatikan anak-anaknya.

Tapi tidak dengan Syahrul. Dia berubah 180 derajat...
✅Dari seorang lelaki yang penyayang dan penuh perhatian menjadi lelaki yang bengis dan egois.
✅Dari seorang ayah yang penyabar dan penuh pengertian menjadi seorang ayah yang pemarah dan suka mencela.

Tidak ada lagi keharmonisan dan kedamaian jika ada Syahrul di rumah. Tapi jika dia tidak ada, Niken dan anak-anak merindukannya.

Anak-anak butuh perhatian dan dimanjakan seorang ayah. Dan Niken sebagai wanita, butuh sentuhan mesra dari suaminya. Tapi Syahrul tak bisa memenuhinya. Bukan semata karena tidak mau, tapi karena tidak mampu.

Ada kalanya Niken merendahkan diri dihadapan suaminya. Merayunya sedemikian rupa agar mau bercumbu dengannya. Tapi ketika gairah sudah memanas dan keduanya sudah siap, kelelakian Syahrul melayu tiba-tiba. Niken sedih dan frustasi. Hak nya sebagai istri tidak terpenuhi. Tapi Syahrul biasa saja, karena diluar sana, dia bebas melampiaskan nafsunya pada wanita selingkuhannya.

Dan jika Niken menuntut, Syahrul akan marah dan menyalahkan Niken yang sebagai wanita tidak mampu membangkitkan kelelakiannya.

Pertengkaran pun sering terjadi. Sekali dua kali Niken mengalah. Setelah berkali-kali dia pun melawan juga. Tak jarang dalam pertengkaran mereka, Syahrul memuji wanita simpanannya di depan Niken. Yang membuat hati Niken hancur berkeping-keping.

Dan yang menanggung malu lagi-lagi adalah Niken. Malu, sedih, hancur, semua bercampur aduk dalam dirinya.

Namun akal sehat Niken selalu menjaganya agar tidak kehilangan kendali diri. Sedih pasti, tapi pikiran tetap jernih. Pertimbangan selalu digunakan. Dan ketika itulah Niken menemukan kejanggalan...

Dia yakin, ada yang tidak wajar dari perubahan sikap Syahrul. Dalam pikirannya, tidak mungkin ada manusia yang berubah 180 derajat dari kesehariannya tanpa ada yang menjadi pemicunya.

Bahkan rasa cinta sebesar apapun, tidak akan bisa mengubah sifat asli manusia.

Tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, dia membagi kesedihannya dengan seorang teman. Lalu teman itu mengajaknya menemui seorang Ajengan. Dari ajengan itu, Niken tahu kalau Syahrul terkena guna-guna Lintrik.

Niken meminta tolong pada ajengan itu agar suaminya terbebas dari lintrik. Ajengan mengaku tidak sanggup. Dan menyarankan agar Niken mendatangi orang pintar lainnya.

Maka dimulailah perjuangan Niken membebaskan suaminya dari pengaruh lintrik. Semua orang pintar didaerahnya dia datangi. Tapi tak ada yang berhasil. Kelakuan Syahrul semakin manjadi. Kalau bertengkar suka mengancam akan membunuh Niken.

Tapi Niken tidak putus asa. Semakin dia tahu kalau Syahrul terkena guna-guna, semakin besar tekad Niken untuk menyembuhkannya.

Tiada hari dilewatkan Niken tanpa pergi ke dukun. Bukan hanya 1 dukun, bahkan sampai 4 atau 5 dukun dia datangi setiap hari. Entah berapa banyak uang sudah dia hamburkan demi kesembuhan Syahrul.

Sampai modal usahanya pun terbawa dan dia terpaksa berhutang kesana kemari untuk menutupi kebutuhannya dan agar usaha kateringnya terus berjalan.

Namun semua tak membuahkan hasil. Dan Niken tetap belum putus asa. Dia terus mencari... Mencari dan mencari... Orang pintar yang bisa menyembuhkan suaminya.

Dan dalam pencariannya itu, dia bertemu dengan seorang ajengan. Lelaki tua bersahaja dan bijak.
Ajengan itu melarang Niken meneruskan usahanya...

"Jangan lagi pergi ke dukun-dukun itu. Tidak perlu lagi mencari obat untuk suamimu. Biarkan saja dia..."

Niken menolak. Dia tetap bertekad mencari penyembuh untuk suaminya.

Kata Ajengan, "Suamimu adalah ujian dari Allah untukmu. Karena Allah menurunkan ilmu putih didirimu. Jika kau sanggup melewati ujian itu dan ilmumu sempurna, kau akan bisa membantu orang banyak. Orang-orang yang menderita dan teraniaya seperti dirimu sendiri... "

"Tidak kyai. Saya tidak ingin punya ilmu apapun. Saya hanya ingin suami saya kembali seperti dulu lagi..." ucap Niken.

"Jika ilmu mu sempurna, jangankan 1 Syahrul, 1000 orang yang lebih baik dari Syahrul pun bisa kau dapatkan.." bujuk Ajengan.

"Saya tidak mau Syahrul yang lain. Saya hanya ingin Syahrul suami saya. Ayah dari anak-anak saya.." kata Niken berkeras.

Ajengan itu tersenyun bijak, "baiklah kalau itu sudah tekadmu. Aku akan membantumu. Dengan syarat..."

"Apa syaratnya, kyai?" tanya Niken.

"Jangan pergi ke dukun lagi. Cukupkan sampai disini. Aku yang akan membantumu. Tapi, agar aku bisa membantumu, kau juga harus membantuku..."

"Bantuan apa kyai?"

"Sholat dan berdoa pada Allah.  Mulai sekarang, jangan tinggalkan 5 waktu yang menjadi kewajiban mu. Memohon ampunlah atas dosamu.. memohonlah pada Allah dengan khusyuk dan ikhlas..."

"Apa cuma itu saja syaratnya??"

"Ya. Hanya itu. Jika kau ingin suamimu kembali, hanya itu caranya.  Dan aku akan membantumu dari sini. Apakah kau sanggup??"

"Saya sanggup. Apapun akan saya lakukan, asal suami saya kembali seperti dulu lagi..."

Ajengan mengangguk lega, "untuk sementara ini, abaikan suamimu. Biarkan dia dengan segala sikap dan kelakuannya. Jika ada yang menyakitkan hatimu, tanggapi dengan senyuman dan candaan. Jangan diambil hati. Buat guyonan saja...  Fokus saja pada ibadah mu."

Niken mengangguk paham. Dia bertekad akan memenuhi syarat yang di minta ajengan itu. Betapapun beratnya... Demi suaminya dan demi anak-anaknya.

"Sekarang pulanglah. Langsung pulang, jangan mampir kemana-mana. Beribadahlah karena Allah, lillahi ta'ala. Datanglah kembali kemari setelah 40 hari. Jika sebelum 40 hari kau ingin kemari, tahan diri. Pokoknya jangan datang sebelum sampai 40 hari...."

Niken menyetujui permintaan Ajengan. Dan melaksanakan permintaanya tanpa banyak tanya.

Hari itu, begitu tiba di rumah, setelah menyiapkan dan memberi pengarahan pada anak buahnya, Niken menyucikan diri. Dia mandi besar dengan niat mensucikan jiwa raga dan mulai khusyuk ibadah.

Tekadnya yang kekokoh baja tidak meringankan usahanya. Ibadah tidak bisa khusyuk jika pikiran carut marut. Sikap dan perlakuan Syahrul terkadang masih membuatnya kesal dan emosi. Namun setiap kali kemarahan menguasai diri, Niken selalu mengucap istigfar. Hingga akhirnya istigfarpun menjadi hiasan hati.

Hari berganti hari...
Bulan pun berganti. Dengan bertambahnya hari, kekhusyukan ibadah Niken semakin teruji. Jika semula dia beribadah demi mendapatkan suaminya lagi, kini dia beribadah karena dia merasa harus beribadah. Karena Allah Ta'ala.  Disetiap waktunya, hatinya selalu berdzikir tanpa henti. Memohon ampunan dan melafadzkan pujian.

Suaminya mulai terlupakan dan hasrat duniawi yang selama ini menjadi tujuan, tidak lagi memberatkan. Hidupnya dia dedikasikan untuk ibadah, bekerja dan mendidik anak-anaknya agar menjadi hamba Allah yang sholeh.

Dan 40 haripun berlalu. Niken tidak lagi ingat dengan kesepakatannya dengan Ajegan.  Tidak lagi memiliki hasrat untuk mendapatkan suaminya lagi. Semua kepentingan duniawi seperti tersingkir dari hatinya.

Jika dia bekerja, maka apa yang dikerjakannya adalah ibadah, lillahi ta'ala.
Jika dia ibadah, maka ibadahnyapun lillahi ta' ala. Setiap apa yang dilakukannya, semua karena Allah ta'ala. 

Dan Allah tidak pernah mengabaikan kebaikan untuk hambanya yang tulus beribadah.

Maka sore itu, di hari ke 40, malem Jum'at legi. Niken terlelap sejenak setelah sholat Ashar. Dalam lelapnya itu dia bermimpi didatangi ajengan.

Sang ajegan datang diiringi sosok wanita cantik dengan tubuh berbalut cahaya putih menyilaukan.  Niken merasa wanita itu mirip dirinya... Mereka seperti kembar.

"Kau sudah siap. Sudah saatnya kalian menyatu...." ucap ajengan.

Ajengan menyuruh Niken dan wanita cantik serupa Niken itu bersalaman. Begitu kulit keduanya bersentuhan, tubuh wanita cantik bercahaya itu seperti tersedot kedalam tubuh Niken dan lenyap tanpa bekas.

Niken merasakan hawa sejuk menyerbu setiap pori-pori ditubuhnya. Lalu sebentuk kedamaian menyentuh relung hatinya. Dia merasa penuh dan lengkap....

Begitu terjaga, Niken segera minta sopir mengantarnya kerumah ajegan. Ajengan seperti sudah tahu kalu Niken bakal datang. Beliau menyambutnya di depan pintu.

Begitu melihat Niken, sang Ajengan tersenyum bahagia dan menyapa, "Assalamualaikum..."

"Walaikumsalam..." jawan Niken.

Ajengan mempesilahkan Niken masuk, "ilmu mu sudah sempurna. Kalian telah bersatu...."

Niken bingung, tidak paham dengan perkataan Ajengan.

"Kau sudah siap, nduk. Sudah tiba saatnya kau mengabdikan dirimu untuk menolong siapapun yang membutuhkan. Bukan hanya menolong sesama manusia, tapi semua makhluk dialam ini..."

"Bagaimana caranya, kyai??" tanya Niken bingung.

"Kau akan tahu nanti. Ilmu itu akan memberitahumu..."

Dan dipertengahan malam, Niken bermimpi ada banyak orang datang kerumahnya. Yang datang itu orang sakit dengan bermacam-macam penyakit. Mereka minta diobati oleh Niken.

Niken tidak tahu harus bagaimana. Lalu muncul kembaran dirinya dalam selubung cahaya yang menyilaukan mata. Kembarannya itu berkata, "bacalah Al fatihah, lalu sentuhlah di bagian yang sakit. Dengan cara itu penyakit mereka akan sembuh. Dan bacalah AL Fatihah untuk apapun yang kau inginkan....  Energi Al Fatihah akan menyatu dengan dirimu dan apapun yang kau inginkan akan terwujud,"

Niken menurut. Dia menyentuh bagian yang sakit dari para pasien itu dan semuanya sembuh seketika. 
Yang buta bisa melihat...
Yang bisu bisa bicara...
Yang lumpuh bisa berjalan..
Dan yang gila, menjadi waras...

Niken merasa bahagia dan tak henti-hentinya berdzikir mengucap syukur pada Allah.

Kembarannya berkata, "tak perduli apa sakit yang di deritanya, asal kau sentuh, insyaallah sembuh..."

Setelah pasien terakhir sembuh dan pulang, Niken melihat Syahrul berdiri di depan pintu pagar. Menatapnya dengan penuh kerinduan. Tapi setiap kali Syahrul hendak melangkah menghampiri Niken, sebuah rantai entah darimana asalnya menariknya menjauh.

Niken melangkah mendekati Syahrul. Semakin dekat langkahnya, aroma busuk semakin tercium. Aroma busuk itu berasal dari Syahrul. Niken kaget melihat tubuh Syahrul penuh dengan luka bernanah yang menjijikan. Tubuhnya begitu kotor dan kumuh. Dengan perasaan iba, Niken hendak  mengobati Syahrul.

Tapi kembarannya melarang, "kau bisa mengobati siapapun dan apapun dialam ini, kecuali dia. Apapun yang kau lakukan, kau tidak akan bisa menyembuhkan dia, dan jangan coba-coba. Kalau kau memaksa, kau akan kehilangan semuanya..."

Lalu Niken melihat serombongan orang dengan berbagai penyakit memanggilnya minta di sembuhkan. Dari arah lain, Syahrul pun memanggilnya dengan suara penuh penderitaan. Niken bimbang. Antara menghampiri Syahrul atau menghampiri para pasien....

Jika dia menghampiri Syahrul, dia akan kehilangan kemampuannya mengobati orang lain. Sementara begitu banyak orang memohon bantuannya.

Dalam kebimbangannya itu, muncul Wahyu, anaknya yang nomer tiga. Wahyu menarik tangan Niken menuju ke rombongan orang sakit, "Mama harus menolong mereka, agar mama bisa menyelamatkan aku..." Niken tidak tahu apa maksud ucapan Wahyu, tapi dia menurut.

Kembaran Niken tersenyum lega, "bantu mereka, obati mereka. Maka kelak, kau akan bisa menyelamatkan putramu. Jangan cemas tentang suamimu. Bila saatnya tiba, kau akan bertemu orang yang bisa menolong dan menyembuhkan suamimu.."

"Siapa dia??" " tanya Niken.

"Kau akan tahu saat melihatnya.  Tulus dan ikhlaslah dalam membantu sesama, jangan menyusahkan orang yang sudah susah. Agar Allah mempermudah urusanmu.. . " 

Dan ketika Niken terbangun dari mimpinya malam itu, dia bagai orang yang baru di lahirkan kembali. Dengan kemampuan untuk mengobati....   @MayZulaikha101

Tambahkan Komentar Sembunyikan

more Quotes