#mirrorstory
INI KISAH NYATA.
Yang mengalaminya ada di tengah-tengah kita. Semoga kisah ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita bersama..
Suaminya baru saja dikuburkan. Beberapa tetangga yang perduli datang menemuinya dan bertanya, "mau masak apa untuk tahlilan nanti malam? Malam pertama biasanya ngasih makan.."
Wanita itu bingung. Apa yang mau dimasak?? Didapurnya tidak ada apa-apa. Dia juga tidak memegang uang sepeserpun. Semua tabungan sudah habis untuk biaya berobat suaminya. Bahkan masih menyisakan hutang yang lumayan banyak.
Bahkan untuk barang keperluan penguburanpun didapat dari berhutang. Memang kain kafan, kapas, tikar diberi gratis dari Rukun Kematian. Tapi papan dan batu nisan harus beli dan terpaksa berhutang.
Beras memang banyak, karena banyak yang melayat. Tapi tidak mungkin yang tahlil hanya diberi nasi tanpa lauk kan??
Wanita itu tidak tahu harus bagaimana. Ingin mengadakan tahlilan tapi tidak punya uang. Tidak di adakan tahlilan nanti jadi omongan orang. Akhirnya dia memutuskan untuk hutang dulu di warung terdekat. Padahal hutang sebelumnya sudah menumpuk banyak..
Singkat cerita, setelah tahlilan 7 hari selesai si wanita jatuh sakit. Bukan hanya karena capek badan tapi juga capek pikiran karena memikirkan bagaimana cara melunasi hutang.
Bahkan pernah terbesit dibenaknya untuk bunuh diri, menyusul suaminya ke alam barzah agar terhindar dari membayar hutang didunia. Tapi anak-anaknya masih kecil, dia tidak tega... 😥
***
Man teman, itulah fenomena yang sedang berlangsung di masyarakat kita. Ada banyak orang yang mengalami persis seperti yang dialami wanita diatas. Sudah kesusahan karena ditinggal mati masih harus terbebani.
Karena sudah tradisi. Setiap ada keluarga yang meninggal, anggota keluarga yang masih hidup akan mengadakan tahlilan. Menggumpulkan begitu banyak orang dengan tujuan mendoakan si mati lalu makan bersama setelahnya.
Nabi Muhammad Shallawahu Alaihi Wassalam bersabda, "apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya, kecuali 3 perkara. Yaitu: Amal Jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan Anak yang sholeh yang selalu mendoakan dia." (HR. Muslim)
Dimasa nabi, tahlil di bacakan ketika seseorang dalam kondisi sakaratul maut. Ketika dia sudah tidak sadar. Maka akan cepat-cepat diadakan tahlil. Tahlil ini sama dengan taklin, yaitu menuntun. Kalimat tahlil yang dibacakan adalah "La ilaha illallah..."
Sedangkan tahlilan di zaman nabi tidak ada. Acara tahlilan ini baru muncul di zaman Sunan Kalijaga untuk menyelisih tradisi di lingkungan setempat dimana setelah kematian, keluarga dan tetangga menghibur diri dengan berkumpul bersama dan mengisinya dengan kegiatan yang maksiat. Seperti minum-minuman keras, judi dan lain-lain.
Untuk menghilangkan tradisi itu tidak mungkin, karena sudah mendarah daging. Maka yang di rubah adalah konsepnya. Acara kumpul-kumpul setelah ada kematian dibiarkan tapi di isi dengan acara tahlilan. Dan acara itu terus berlangsung sampai sekarang.
Masalahnya, orang-orang sering salah kaprah. Tahlilan yang sebenarnya tidak ada dalam Islam, dijadikan sebagai satu leharusan.
Sehingga yang tidak punya akan mencari hutangan agar bisa mengadakan Tahlilan. Lalu kemudian hutang itu menjadi beban.
Hal seperti itulah yang saya rasa dilarang dalam islam.
Jadi, ada baiknya jangan mengadakan #tahlilan kalau tidak punya uang!!
Tambahkan Komentar Sembunyikan