Kedamaian Indonesia di ubek-ubek oleh kaum fanatik yang oportunis. Mereka menggali ide dan memanfaatkan setiap isu yg beredar untuk kepentingan kelompoknya. Kesempatan terbesar mereka adalah ketika ada publik figur keseleo lidah dan perbuatannya melenceng dari norma yang mereka tetapkan. Itu akan menjadi santapan empuk..
Dari kesempatan itu, mereka akan menciptakan situasi dan memunculkan sebuah krisis kepercayaan. Babak baru rekayasa "pelaku & korban" akan muncul berdasarkan opini mereka. Publik yang tergiring opininya akan mulai bereaksi. Perang opinipun akan terjadi. Mengecam, memboikot dan demo adalah senjata andalan yang akan di pakai untuk menjatuhkan sasaran.
Masyarakat di buat resah oleh keresahan fiktif yang abstrak. Begitu abstraknya sehingga tidak ada korban yg bisa menjelaskan duduk permasalah sebenarnya. Karena dalam kasus ini, korban riil tidak di perlukan. Banyak orang-orang yang tiba-tiba muncul dan mengaku menjadi korban, merasa tercela, terhina dan ternista... Dan menuntut ganti rugi secara riil...
Di sini terkadang saya merasa miris. Logika seolah terjungkal dan nalar tersingkir entah kemana.
Kejeniusan dan kegilaan tak lagi terlihat bedanya...
Yang pandai akan di bodohkan dan yang bodoh akan menjadi panutan..
Yang Adil di caci dan yang zalim di puja...
Dan dalam keadaan seperti ini, Tuhan masih bermurah hati memberi kesempatan manusia untuk tetap tinggal di atas buminya...
"Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? " QS. Ar-Rahman.
Tambahkan Komentar Sembunyikan